Sabtu, 30 Agustus 2008

Pemimpin IKLAN versus Pemimpin RAKYAT ...

Menjelang Pemilu 2009, agaknya politik semakin panas dan uapnya sudah menyebar kemana mana, berbagai survey dari lembaga survey yang terkenal dan biasa biasa saja mengemukakan data yang tersaji diberbagai media massa, suasana kampanye ini membuat isi kocek biro iklan dan media massa meningkat, seperti lahan bisnis yang menggiurkan, akhirnya mata dan otak kita dipaksa untuk menyerap informasi secara instan, tokoh yang dibentuk melalui survey dan iklan, dalam ruang informasi dan sosialisasi dari sudut pandang sosiologi tentu wajar saja, pertanyaannya pemimpin mana yang kita akan tentukan pada pemilu 2009 nanti untuk dipilih sebagai bakal calon pemimpin bangsa bagi negara yang berpenduduk 220 juta rakyat ini, yang adil dan demokratis memahami kemajemukan dari sisi etnisitas, agama, keyakinan, kewilayahan dan memiliki orientasi pemersatu dan bukan pemecah belah antar komunitas rakyat, mampu mengelola konflik dengan tetap berpihak pada Bhineka Tunggal Ika.mana yang akan kita pilih apakah pemimpin karbitan yang dimunculkan dengan moto iklan (Kecap no 1) atau Pemimpin sungguhan yang tumbuh melalui proses manusia biasa dalam asuhan alam semesta....
Para politisi dan partai politik sudah saatnya mencari dan mengangkat calon-calon pemimpin dan wakil rakyat yang memiliki jejak rekam masa lalu telah berkiprah dan berkontribusi nyata kepada rakyat. Mari kita gali dan cari para calon pemimpin yang sebelumnya sangat dekat dengan rakyat banyak alias merakyat. Mereka harus telah teruji secara nyata dan mampu mengangkat kondisi rakyat miskin di wilayah tertentu, bukan di awang-awang.

Hingga saat ini, calon Presiden yang sudah muncul ke permukaan sebagian besar tidak merakyat dan tidak membumi secara nyata. Mereka lebih asik dengan berpura-pura peduli kepada rakyat miskin dan memajukan bangsa dan negara di awang-awang atau di langit. Mereka lebih menonjolkan seolah-olah sudah peduli kepada rakyat padalah kontribusinya baru semu dan baru ditunjukan di dunia mimpi dalambentuk iklan media dan simbol-simbol lain yang terpampang disepanjang jalan, padahal bersalaman dengan rakyat saja belum tentu pernah dilakukan secara sungguh-sungguh dan terus menerus. 

Sebaiknya kita mulai menggali para pejuang sosial seperti Muhhamad Yunus di Bangladesh yang telah berhasil mensejahterakan rakyat miskin menjadikannya hidup mandiri. Muhammad Yunus telah memiliki sosial capital secara nyata kepada rakyat banyak.

Kriteria calon presidenpun seharusnya diarahkan ke kualitas kepribadian dan kinerja calon pemimpin tersebut. Janganlah terjebak dengan kriteria yang tidak substansi. Usia dan pendidikan pemimpin tidak perlu dibatasi dengan khusus seolah olah wajib, muda dan tua sebaiknya tidak masalah asalkan memiliki kemampuan dan kepribadian kuat dan mulia serta telah memiliki jejak rekam yang menunjukan dia merakyat, membumi secara nyata sebagai modal sosialnya. 

Di Jepang, para pemimpin baik di pemerintahan dan sektor bisnis dapat kita lihat dalam usia diatat 60 tahun. Usia lebih tua biasanya memiliki kapasitas pengamalam, dan lebih bijaksana. Usia muda tentunya terkadang memiliki kepribadian dengan dorongan emosional lebih tinggi. 

Seorang pemimpin sesungguhnya mereka yang telah memiliki pengalaman bergaul dan teruji memberikan banyak solusi di berbagai level kehidupan. Pengalaman tersebut akan membentuk kepribadian yang lebih matang dalam menghadapi berbagai persoalan dan dalam mengambil keputusan. Bahwa kita membutuhkan pemimpin yang kuat fisik dan mental ya betul, disamping memiliki karakter dan prinsip kuat untuk membela dan memajukan rakyat dan negaranya. Jadi Indonesia saatnya memunculkan calon pemimpin BESAR, pemberani demi membela rakyatnya dan harga diri bangsannya, memiliki jejak rekam merakyat atau membumi, berwibawa dan bijaksana, kuat secara fisik dan mental/akhlak, memiliki kepribadian dan kharisma kepemimpinan yang kuat dan menonjol, mampu mengambil keputusan dengan cepat, tepat, bijaksana, serta selalu mengutamakan dan pro ke rakyat banyak. Semoga bermanfaat.
selamat memilih dengan mendengarkan suara kalbu ............


2 komentar:

Adit Sastra mengatakan...

harapan yang seperti mimpi, untuk pemimpin di negeri ini. saya berfikir bagaimana kita dapat menjadi pemimpin yg baik jika hanya mengobral mimpi tanpa merasakan apa yang dirasakan calon rakyatnya. saya tawarkan satu tes uji coba untuk para calon pemimpin kita. isolasi mareka di tempat kumuh paling menjijikan, tanpa kamera, tanpa fasilitas apa-apa, biarkan mereka bersatu menikmati penderitaan yang ada. tes ini lakukan selama 1 bulan, biarkan mereka merasa penderitaan rakyat sesungguhnya. agar kelak ketika menjadi pemimpin Insya Allah seperti yang kita semua harapkan, ada yang berani menerima tantangan ini? wahai calaon pemimpin?

Khiva Rayanka mengatakan...

is this you who wrote it?if it yes, so damn good hehehe